Siaran Emtek Grup di Palapa D akan berakhir 30 Juni.
Mungkin karena belum jelas pengganti Palapa D (setelah calon penggantinya gagal orbit awal April lalu) yang bisa kapan saja mengalami anomali. Kebanyakan pemilik media penyiaran membuat back up dan bahkan pindah permanen ke Telkom 4 (108° BT). Salah satunya Emtek Grup. Emtek Grup akan mulai bersiaran melalui Telkom 4 pada tanggal 1 Juni nanti. Melalui TP 4005 H 9000 mpeg 2 dan
4121 H 12250 Mpeg4. Walaupun sebenarnya SCTV dan Indosiar sudah lama siaran ujicoba di TP milik Telkomsat ( 3722 H 3726 dan 4022 H 32726) Mpeg4
Mau lihat daftar channel di Telkom 4. Silahkan cek di https://www.lyngsat.com/Telkom-4.html
Minggu, 24 Mei 2020
Rabu, 22 April 2020
Senin, 30 Maret 2020
Calon Bidadari Surgaku
Malam itu aku gak bisa tidur nyenyak. Ingin rasanya cepet-cepet pagi.
“Li, Ali buru bangun. Udah siang!” teriak emakku dari dapur. Maklum rumahku cuma ukuran 9×6 meter. Jadi pasti kedengeran walau teriak dari dapurpun. Rumah panggung lagi, jadi dingdingnya cuma dari bilik (anyaman dari bambu. “iya Mak” Saya langsung ngorejat (bangun). Saya nengok jam, terlihat pukul 4.45. Berarti sudah 15 menit lebihnya dari Adzan Shubuh. Saya langsung bergegas ke jamban ambil Wudhu, terus Sholat.
Habis Sholat langsung cek lemari, seragam SMP yang tersimpan rapi saya langsung keluarin dan saya taruh di atas tempat tidur. Karena hari itu adalah hari pertama masuk sekolah tahun ajaran baru. Waktu menunjukkan pukul 6. Biasanya nasi udah mateng. Saya buru-buru ke dapur. Dan ternyata sudah mateng, lauknya juga. Hari pertama mau masuk SMA langsung emakku gorengin ikan asin. Tapi tak apalah, saya gak pernah mengeluh soal makanan. Yang penting kenyang. Dikelurga kami tidak ada istilah sarapan. Sarapannya ya makan nasi. Makan makan lagi nanti siang habis sholat dzuhur.
Habis makan, langsung mandi. Eh lupa, ee dulu baru mandi. Dan siap siap pergi ke sekolah naik motor SupraX. Aku tiba disekolah pukul 6.30, ternyata kepagian. Siswa lainnya baru ada beberapa. Aku bingung karena belum ada temen yang saya kenal yang datang. Aku cuma duduk diatas motor deket gerbang sekolah.
“ALi” tiba-tiba ada yang nyaut dari belakang. Aku langsung nengok. Dan ternyata Wini yang datang. “Eh, kamu Win”. Saya sebelumnya gak tau kalau Wini (salah satu temen sekelas pas SMP) sekolah disini juga. Terus kita ngobrol dan gak lama temen-temen yang saya kenal dan saya tau mau sekolah disini juga pada berdatangan.
'Tet tet tet' tiba-tiba bel berbunyi. Kami langsung naruh motor ke palkiran dan langsung masuk ke kelas ngikuti arah panitia MOS. Aku langsung nyari bangku yang paling belakang. Kakak kakak panitia MOS langsung pada masuk dan memperkenalkan diri masing-masing. Pas baru ketua panitia yang mempernalkan diri, tiba-tiba ada yang ngetuk pintu dan dia berkata “Assalamualaikum. maaf kak saya terlambat”. Semua yang didalam kelas menoleh kearahnya. Ternyata ada satu murid yang kesiangan. Untung cewek, cantik pula. Kalau cowok pasti sudah disorakin. Kak Toni (salah satu panitia MOS) mempersilahkannya duduk. Dan cewek yang kesiangan tadi celingukan nyari bangku yang kosong. Ternyata cuma bangku sebelahku yang kosong. Aku gak nyadar dari tadi. “Tuh ada tuh yang kosong dibelakangi” teriak salah satu panitia MOS. Belakangan saya tau namanya Wati, ketua OSIS. Cewek itu langsung menghampiri ku sambil bilang “maaf, boleh saya duduk disini?”. “Boleh” kataku sambil melemparkan senyum kepadanya. Dia pun langsung duduk disebelah kananku. Dan aku kembali merhatiin perkataan kakak kakak panitia MOS didepan.
Dihari kedua masih sama, masih tahap perkenalan. Kita MOSnya masih didalam kelas. Panitia MOS langsung membuka daftar hadir dan yang disebut namanya harus kedepan memperkenalkan diri. Dan ternyata yang duduk disebeluhku namanya Risma.
Selama MOS aku suka curi-curi pandang merhatiin dia. Dan betapa senengnya pas begitu tau dia juga nantinya bakal sekelas, yaitu kelas B. Mungkin aku mulai suka padanya. Tapi aku hanya bisa memendamnya. Dan kegiatanku disekolah berjalan seperti biasanya. Tanpa terasa satu semester telah aku lewati disekolah ini.
Dan seperti biasanya kalau masuk hari pertama setelah libur semester selalu semangat untuk pergi kesekolah. Walaupun harus dihadapkan dengan Upacara bendera. Kalau pas upacara aku selalu baris paling depan. Supaya terlihat jelas sidia yang ada dibarisan Aubade. Cuaca saat itu terik banget, dan tiba-tiba sangat kami lagi khusyu pendengarkan pembina upacara yang pada waktu itu pembinanya pak kepala sekolah. Ada suaru gaduh dari barisan Aubade. Semua siswa pada heran, dan ternyata ada salah satu anggota Aubade yang pingsan. Saya belum tahu siapa itu. Upacara pun terus berlanjut. Dan saya sesekali menoleh kearah grup Aubade, dan tidak terlihat lagi si dia. Jangan-jangan dia yang pingsan tadi. Dan setelah upacara seselai baru saya tau dan ternyata bener si Risma yang pingsan. Saya pun masuk kedalam kelas. Sudah setengah jam pelajaran, tapi si Risma belum juga masuk kelas. Mungkin belum sadarkan diri dan masih dirawat diruang UKS. Tiba-tiba dari luar ada salah satu guru yang memanggil saya. “Li, sini bentar!”. “Ada apa bu” sahutku sambil menghampiri pintu keluar. Yang manggil adalah Bu Yati (guru matematika). Kami pun ngobrol diteras luar, dan ternyata Bu Yati meminta saya untuk nganterin si Risma pulang. Saya masih bingung kenapa Bu Yati nyuruh saya. Dan terlihat si Risma sudah ada dipalkiran bersama si Yuni. Si Yuni ini merupakan temen sekelas saya juga dan tetangganya si Risma. Saya pun menghampiri mereka. “Kenapa Ris, masih pusing ya?” tanyaku. “Ia nih” dia membalas dengan nada rendah. Lalu aku menanyakan apakah sanggup naik motor. Dia bilang sanggup, lagian ada yang jagain si Yuni. Jadinya kami bonceng tiga.
Tak lama kami sampai dirumah si Risma. Sekitar 40 menitan, itupun karena saya pelan-pelan.
Dan si Yuni pun menggandeng si Risma masuk kedalam rumah yang kebetulan pintunya gak dikunci. Dan aku mengikuti dari belakang. Tapi saya bingung gak ada siapa-siapa dirumahnya. “Kok sepi?” sahutku. “Si Bapaknya sudah berangkat kerja” balas si Risma. “Kalau si Mamah?” tanyaku lagi. Si Yuni tiba-tiba beranjak dari Sofa dan menghampiriku dan berbisik kepadaku bahwa ibunya si Risma sudah meninggal 2 tahun yang lalu. Saya pun terdiam dan merasa bersalah telah menanyakan itu. “Yuk duduk atuh Li!” si Yuni sambil narik dasi aku. Emang si Yuni ini orang iseng banget. “Nggaklah Yun, tugasku kan cuma nganterin” tempasku, sambil benerin dasi yang ditarik si Yuni. Yuni minta nomor HPku juga, katanya kalau ada apa-apa dia bisa kasih tau. Dan si Yuni berpesan bahwa tolong kasih tau sama guru mata pelajaran hari ini dia izin untuk menemani si Risma dulu. Terus aku pamit sama mereka berdua. “Gue mau ke sekolah lagi Yun, cepet sembuh ya Ris” kata saya sambil menengok ke arah mereka berdua.
Sesampainya di Sekolah dan masuk kelas aku langsung dikerubuti temen-temen yang penasaran dengan keadaan si Risma, kebetulan pas waktu itu lagi gak ada guru. “Dia baik-baik aja kok” kataku pada mereka. Walaupun sebenarnya saya masih belum tahu kenapa dia bisa pingsan, karena belum sempat nanya.
Hari itu pas pulang sekolah aku langsung pulang ke rumah, karena cape banget. Soalnya jam terakhir hari itu gak ada guru masuk dan aku ikut futsal dilapangan depan sekolah. Setibanya dirumah langsung rebahan ditas kasur. Tiba-tiba 'teruling' suara Nokia Ketupatku berbunyi tanda ada pesan masuk. Pas dilihat pesan dari nomor tanpa nama, yang isi pesannya 'terimakasih ya tadi udah nganterin'. Terus aku balas 'ini siapa ya, kamu Yun?' Saya pikir itu Yuni. 'Bukan, ini aku Risma' balasan masuk lagi. Aku yang tadinya mata udah ngantuk tiba-tiba mendadak melek. Dan seteluh itu kita terus basa-basi sampai sore, bahkan sampai malam pun kita sempat-sempatnya saling berkirim pesan.
Dan itulah yang terjadi setelahnya, setiap kali ada kesempatan pasti saya SMS dia atau dia yang SMS saya duluan, dan pasti saya balas. Kadang-kadang telephonan kalau kita lagi punya pulsa banyak. Banyak yang kita obrolin. Pokoknya nyaman banget kalau SMSan atau ngobrol sama dia. Tapi anehnya pas disekolah kita seperti pura-pura gak akrab. Paling cuma curi-curi pandang. Pernah aku sekali nawarin dia untuk dianterin pulang, tapi dia nolak. Dia lebih memilih naik bis.
Gak terasa waktu begitu cepat. Pas selesai pembagian rapot semester 2,besoknya temen temen sekelas ada rencana buat kepantai. Dan aku tiba-tiba langsung kepikiran si Risma. Malemnya aku SMS dia, biasalah awalnya basa-basi. Dan akhirnya aku tanyain besok mau ikut atau nggak. Dan dia bales, nggak tahu. Soalnya bingung mau berangkat sama siapa. Disitulah aku langsung PD dan namarin dia untuk saya bonceng. Dan dia bilang lihat besok aja.
Dan pagi itu (dihari rencana ke pantai) aku bangun agak kesiangan. Maklum malamnya kurang tidur, banyak pikiran. Mikirin nilai rapotku yang jelek dan mikirin dia yang saya ajak bonceng. Aku mandi, siap-siap, cek motor. Lalu saya pun berangkat. Banyak SMS yang masuk, tapi saya gak hiraukan. Karena saya sudah tahu pasti itu temen-temen yang sudah nunggu ditempat kami janjian. Setibanya ditempat kami janjian, aku kaget campur seneng. Si dia ternyata ikut juga. Tapi aku gak berani nanyain soal yang semalam. Temen yang mau ikut semua sudah ada disana. “Yuk kita berangkat” kata si Toni sambil ngidupin motornya. Dan akhirnya semuanya berangkat, kecuali aku yang nungguin dia dulu mau saya bonceng atau nggak. Eh, ternyata dia naik bukan ke motorku, tapi naik dan dibonceng seorang pria yang gue gak kenal. Saya pun langsung ngidupin motor dan nyusul temen-temen yang sudah pada didepan. Perasaanku campur aduk, dan setelah dilihat-lihat cuma aku yang gak bawa boncengan. Makin nyesek hatiku.
Setibanya dipantai kami langsung foto-foto. Kebetulan ada satu teman kami yang punya kamera SLR. Setelah itu kami pesen ikan bakar disebuah lesehan, dan kami pun makan bersama. Mungkin diantara mereka semua aku yang sedikit kurang menikmati. Setelah makan saya langsung kepinggir pantai lagi dan duduk dibawah pohon ketapang sambil menatap ombak. Temen-temen yang lain lanjutin foto-foto lagi. Tiba-tiba 'teruling' hpku bunyi. Saya sebenarnya males lihat, tapi takutnya penting. Setelah dilihat ternyata pesan dari diia yang isinya 'yang tadi itu A Iyan, putra Uwa'. Setelah baca SMS itu saya bingung mau bales apa. Kemudian dia malah SMS ku lagi 'kamu lagi dimana?'. Aku langsung bales 'disini didekat pohon ketapang'. Gak lama kemudian dia nongol dan menghampiru sambil senyum. Itulah kebiasaan dia, sebelum menyapa selalu senyum dulu. “Li, boleh aku duduk?” dia mengucapkan itu tapi sebelum saya mempersilahkan sudah duduk duluan. Jantungku deg-degan, karena baru kali ini kami duduk sedekat ini tanpa ada temen-temen yang lainnya. “kok kamu gak ikutan gabung sama temen yang lain” kataku pelan-pelan. “nggak ah, soalnya kamu juga gak ikutan” jawab dia. Gak sadar kami pake bahasa 'aku kamu' seperti diSMS dan ditelepon, padahal kalau dikelas biasanya kami manggil nama. Dan kita pun ngobrol panjang, gak ada sedikit pun canggung.
Dan disinilah aku menyatakan perasaan padanya. Dan dia pun menerimanya. Tapi aku nyatainnya gak langsung, tapi lewat SMS disela sela kita ngobrol biasa. Saya tulis 'Aku sebenarnya sudah lama suka sama kamu, maukah kau menjadi pacarku''. Dan setelah dia lihat SMS dariku dia tersenyum dan kemudian muncul dihpku balesan dari dia yang isinya 'aku juga, tentu'. Wow betapa senengnya hatiku. Tapi kami cuma senyum-senyum, sama sekali gak pegangan tangan. Apalagi pelukan. Kami pun akhirnya pulang, dia tetep dibonceng keponakannya. Saya pulang sendiri. Disepanjang perjalanan pulang saya senyum-senyum sendiri.
Walaupun kita sudah jadian, selama masa-masa masih sekolah tetep kita pacarannya lewat hp, gak pernah aku ngapel kerumahnya, apalagi pacaran dikelas. Paling sesekali aku nganterin dia pulang sekolah. Disekolah kita seperti biasa, temen-temen yang lain pun gak ada yang tau kalau kita pacaran. Kecuali si Yuni, karena dia sahabat dekatnya si Risma.
Pas kelas dua belas kami semua sudah mulai harus fokus untuk Ujian Nasional. Dan alhamdulillah semuanya lulus.
Setelah saya lulus SMA saya pergi merantau ke Bandung. Saya diterima kerja disebuah pabrik tekstil. Hubungan saya dan dia baik-baik saja, malah lebih serius. Sebelum berangkat ke Kota saya pernah datang kerumahnya dan ngobrolin tentang hubungan kita sama bapaknya si Risma. Dan bapaknya juga ngasih lampu hijau soal hubungan kita berdua.
Saya rencana merantau sampai dua atau tiga tahun aja. Kalau sudah cukup modal dan pulang untuk meresmikan hubungan kita.
Tapi baru satu tahun setengah aku sudah harus pulang dan menemui dia untuk terakhir kalinya. Dia meninggalkan aku untuk selamanya. Sumpah, aku bagaikan disambar petir disiang bolong. Karena dia meninggalnya mendadak. Kata si Yuni dia langsung pingsan dan gak sadar diri setelah makan sahur. Padahal malamnya itu dia sempet SMS saya yang isinya menanyakan kapan saya pulang. Dan saya balas nanti 10 hari lagi menjelang Lebaran. Itulah komunikasi terakhir kali aku dengan dia.
Sampai saat ini aku belum bisa melupakannya. Walaupun saya sudah punya istri dan 1 anak perempuam yang lucu. Aku masih menyimpan beberapa Fotonya dikamarku. Karena itu satu-satunya kenanganku, selain Nokia Ketupat yang sudah tidak menyala. Aku selalu berdoa semoga dia menjadi salah satu bidadariku di Surga nanti. Istriku sama sekali gak marah tahu aku belum bisa melupakannya. Karena tentu istriku pun belum dan tak akan bisa melupakannya, karena dia adalah sahabat terbaik istriku. Saya sudah menikah 2 setengah tahun dengan istriku, Yuni.
Sampai saat ini aku belum bisa melupakannya. Walaupun saya sudah punya istri dan 1 anak perempuam yang lucu. Aku masih menyimpan beberapa Fotonya dikamarku. Karena itu satu-satunya kenanganku, selain Nokia Ketupat yang sudah tidak menyala. Aku selalu berdoa semoga dia menjadi salah satu bidadariku di Surga nanti. Istriku sama sekali gak marah tahu aku belum bisa melupakannya. Karena tentu istriku pun belum dan tak akan bisa melupakannya, karena dia adalah sahabat terbaik istriku. Saya sudah menikah 2 setengah tahun dengan istriku, Yuni.
Minggu, 29 Maret 2020
Tak Kenal, Maka Tak Kenal
Nama Aku Ipul Saepul,
Aku dilahirkan dari keluarga yang sederhana. Bapak dan ibuku cuma petani kecil
Aku merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Adikku semuanya perempuan. Yang satu sudah kelas 1 SMP dan yang paling bungsu baru berusia 2 tahun. Sebenarnya aku harusnya punya adik laki-laki (kakak yang paling bungsu), tapi meninggal sejak masih dalam kandungan.
Sebagai anak sulung dan cuma satu-satunya anak laki-laki dikeluarga tentu ingin menjadi penopang untuk semua. Tapi mungkin nasibku tidak seberuntung yang lainnya. Aku dilahirkan 25 tahun yang lalu dengan kondisi yang tidak sempurna.
Masa kecilku cukup bahagia, aku biasanya ikut sama bapak atau ibuku ngembalain kerbau milik Kakekku (kakek dari ibu). Yang paling seru kalau pas lagi mau pindah dari padang rumput ke padang rumput yang lainnya. Aku suka naikin punggung kerbau. Kerbau kesayanganku dulu namanya Si Utuk. Si Utuk ini paling sabar dan gak pernah risih kalau saya naikin. Malah kalau saya mau naik dia ngerti dan nundukin kepalanya.
Singkat cerita aku mulai masuk Madrasah (sekolah agama) dan aku mulai punya teman-teman baru. Tapi tetep aku paginya ikut ngangon kerbau bersama ibu atau bapakku.
Pas sudah masuk SD aku bener-bener punya kehidupan baru. Sudah jarang main dipadang rumput, paling hari Minggu. Itupun kalau temen gak ada yang ngajak main. Prestasiku di sekolah cukup bagus, beberapa kali rangking satu.
Pas lulus kelas 6 SD aku bimbang antara mau lanjutin ke SMP atau tidak. Tentu yang menjadi pikiranku pada saat itu adalah kondisi fisikku. Saya sangat-sangat minder. Orangtuaku juga gak terlalu maksa untuk lanjutin sekolah. Tapi wali muridku pada saat itu terus membujukku, sampai datang kerumah untuk ngobrol sama orangtuaku. Beliau juga bilang bahwa aku sudah didaftarin di 3 sekolah, kamu tinggal pilih mau berangkat kemana. Seminggu sebelum mulai masuk tahun ajaran baru, baru akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan. Aku memilih sekolah yang paling dekat dengan rumah, Madrasah Tsanawiyah swasta di Desa sebelah. Dan kebetulan ada keponakanku sekolah juga disana.
Singkat cerita aku memberanikan sekolah disana. Kelas 1 aku masih diantar sama bapak, tapi pulangnya harus jalan kaki. Dari sekolah sampai rumah biasanya butuh waktu kurang lebih satu jam setengah. Cape tapi seru juga.
Akhir kelas satu aku mulai belajar motor, dan pas kelas dua aku sudah lancar dan bisa bawa motor sendiri ke Sekolah. Walaupun tiap hari pasti dikasih wejangan dulu sama bapak. Sampai sekarangpun kalau mau bepergian pasti si bapak ngomel-ngomel dulu. Padahal bawa motornya lebih jago saya. Tapi maksudnya baik, demi keselamatan. Soalnya aku pernah celaka parah jatuh dari motor sampai harus dijahit 12 jahitan. Itu terjadi pas mau ngambil surat kelulusan dari MTs.
Oke balik lagi ke jaman MTs. Ternyata sekolah gak seserem yang kubayangkan. Banyak yang mau berteman denganku, tapi terkadang aja juga yang suka ngeledekin. Prestasiku pas jenjang ini cukup baik juga, gak lepas dari 6 besar. Bahkan beberapa kali ranking pertama.
Singkat cerita aku lulus MTs dengan nilai yang cukup memuaskan. Beda dengan pas ketika lulus dari SD yang bingung mau nerusin lanjut atau tidak. Justru kali ini aku ngebet banget pengen sekolah lagi. Walaupun ada sedikit bingung mau nerusin dimana. Waktu pengennya di SMK, tapi tau sendirilah waktu itu masih kepikiran soal minder itu.
Yaudah lah, akhirnya aku nerusin sekolah di yayasan yang sama pas aku MTs. Jadi lokasi masih disitu-situ aja.
Pas masa Aliyah ini masa terbaik, terseru, termanis dan tersuram bagiku.
Serunya ya tentu makin banyak temen, pergaulan sudah luas. Tapi karena terlena dengan itu, prestasiku jeblok. Apalagi pas kelas 12. Aku beberapa kali dapet tegoran, nilaiku jeblok. Apalagi mata pelajaran matematika. Emang sih dari SD aku kurang menonjol dalam hal itung-itungan atau rumus-rumusan. Kalau disuruh bikin cerita, atau presentasi pas pelajaran geografi atau sosiologi sih saya mah paling siap. Aku lulus dari Aliyah dengan nilai yang kurang memuaskan. Tapi waktu itu saya pikir yang penting lulus. Tapi jangan ditiru ya pola pikir seperti saya ini.
Nah dari sinilah fase terberat dalam hidupku.
Pas lulus Aliyah dalam hati aku ingin lanjutin kuliah, tapi saya juga paham kondisi saya dan keluarga. Akhirnya angan-angan itu harus dihapus. Tapi pikirku tak apalah. Banyak juga kok yang sukses tanpa kuliah. Pengen kerja ke kota seperti temen-temen yang lain, tapi terkendala karena itu tadi.
Terus gimana cerita setelah itu. Ya sampai sekarang cerita itu tetap berkutat. Aku hanya rebahan. Makan disiapin orangtua. Dan mimpi-mimpi itu tersimpan rapi dibenakku.
Sekian
Langganan:
Postingan (Atom)